Sejumlah tokoh, budayawan, dan politikus ikut hadir dalam kunjungan Jokowi--sapaan akrab Joko Widodo--ke Bali.
“Bali harus punya diferensiasi yang jelas, pembedaan yang jelas. Jangan sampai pariwisata merusak Bali. Kita harus menerima wisatawan yang nomor satu,” kata Jokowi.
Dia juga menyentil isu lingkungan yang ada di Pulau Dewata itu. Menurutnya, pariwisata jangan sampai merusak ekologi Bali. “Saya mendengar di Bali Selatan terlalu padat, terlalu dipaksakan. Jangan sampai lingkungan ini rusak gara-gara kita terlalu memberikan ruang kepada pariwisata,” ujarnya.
Selain budaya, lanjut Jokowi, lingkungan Bali harus diperhatikan karena lingkungan dan kebudayaan yang membentuk kekuatan alam Bali. Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan apresiasinya kepada lembaga adat di Bali melalui desa adat atau desa budaya di Bali, yang konsisten menjaga adat dan budaya.
Sekalipun dikawal Paspampres, Jokowi tetap membaur dan melayani warga yang sejak pagi telah menunggu di depan halaman Museum Bung Karno. Di samping berkunjung ke Museum Bung Karno, Jokowi juga menemui ribuan relawan Bali di Hong Kong Garden Restaurant, Sanur.
Di depan para relawan, Jokowi menegaskan untuk terus mempertahankan budaya dan religiositas Bali yang telah menjadi ikon dunia.
“Budaya dan religi tetap dinomorsatukan dan didukung dengan pelestarian lingkungan. Investasi pariwisata jangan sampai merusak lingkungan,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah ribuan relawan yang hadir.
Jokowi sempat berhenti berpidato saat tepuk tangan membahana di ruangan. Ia kemudian melanjutkan lagi pesannya di depan para relawan. “Akan tetapi, jangan senang dulu. Saya juga harus tanya kepada para kepala daerah di Bali. Sebab otonomi di daerah, pusat hanya bersifat setengah memaksa,” ujarnya. (OL/N-3) Media Indonesia, 31/08/2014, hal 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar